Daddy’s mini convo

Ghazam masih betah duduk di samping sang putri yang kini tengah sibuk mengunyah makanan di dalam mulutnya. Maniknya sedari tadi tak henti memperhatikan gelagat sang putri yang nyatanya sama persis dengan perangai sang istri dulu.

“Udah Adek kenyang,” jawab gadis tersebut menolak suapan makanan yang disuguhkan oleh sang orang tua.

“Kenyang dari mana? Bahkan setengah porsi dari makanannya pun belum Adek habisin.”

“Ya, Adek kenyang gimana. Masa dipaksain makan?”

Ghazam mendecak pelan. Maniknya kini menatap sang kedatangan sang istri yang tengah membawa satu cangkir teh hangat untuknya.

“Persis Mommy banget. Kalau disuruh ngabisin makanan susahnya minta ampun,” celetuk laki-laki itu sembari memperhatikan sang puan yang tengah mengambil tempat duduk di sebelah sang putri.

“Yaudah, nanti dilanjut lagi makannya. Malem nanti Adek jangan gak makan.”

“Ya, Mommy.”

“Cocok Varisha ketemu rekan sejawatnya.”

“Sirik aja Tanboy Kun,” celetuk Varisha menyindir.

Ghazam tak lagi membalas, maniknya kini mulai memperhatikan sang putri yang tengah tersenyum seraya memainkam ponsel pintarnya. Nalarnya mulai penasaran, pikirnya pun terus menerawang lebih atas gerak-gerik mencurigakan yang dilakukan oleh gadis kecilnya itu.

Ekhmmm, coba Adek fokus dulu sama Daddy. Handphonenya taro dulu,” tegur Ghazam sembari mengubah arah kursinya dengan berhadapan langsung ke arah sang putri.

“Apa?”

“Yang Mommy jelasin tadi pagi, tentang do’s and don’ts perempuan dewasa. Menurut Adek mana yang paling penting dari semua rules yang udah Mommy jelasin tadi pagi?”

“Hmm… Satu aja ya? Yang paling penting banget?” tanya Vaneeza seraya menatap wajah serius sang orang tua.

“Ya, satu aja tapi yang paling penting banget. Apa menurut Adek?”

“Kalah ragu boleh telepon kerabat terdekat atau boleh dikasih clue kayak quiz di TV itu lho!” celetuk Varisha seraya menyunggingkan senyuman lebarnya.

“Gak usah nyahut, bukan kamu yang ditanya.”

Wanita itu cemburut, labium ranumnya lantas mencibir kecil atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sang suami.

“Jawab, Vaneeza.”

“Ini menurut Adek aja ya, Adek gak tau untuk jawaban benar atau salahnya. Menurut Adek yang paling penting dari semuanya adalah menjaga dan harus tau batasan kalau berhubungan sama lawan jenis. Temenan sama cowok boleh, tapi harus tau batasan fisik yang gak boleh dilewati,” jawab gadis itu seraya menatap nanar ke arah lantai balkon tersebut.

“Gak boleh pacaran,” ucap Ghazam tegas.

“Kata Mommy boleh temenan sama cowok, asal tau batasan.”

So you have a boyfriend, Vaneeza Arcelia Magani?” potong Ghazam yang kian memancing sang putri dengan sederet detail pertanyaannya.

“Okay, udah mau mendung kayaknya. Masuk yuk, nanti kehujanan,” potong Varisha yang lekas berdiri dari posisinya.

“Jawab dulu pertanyaan Daddy, Vaneeza. Do you have a boyfriend?

“G—Gak, gak ada. Adek gak punya pacar,” sahut gadis tersebut sedikit terbata. Maniknya kini nampak tak berani menatap tetapan mengintimidasi dari sang orang tua yang kini tengah duduk di sebelahnya.

Are you sure?”

“Daddy gak percaya sama Adek?” tanya gadis tersebut sembari berusaha menahan tangisnya sebab tak tahan atas intimidasi yang ditujukan oleh sang orang tua. Belum lagi ditambah dengan hormonnya yang sedang tidak stabil sehingga hal tersebut berhasil membuat perasaannya tak terasa nyaman.

Ck! Ghazam ishhh! Jadi nangis kan Adek. Cupcup, Sayangnya Mommy… Jangan nangis dong, nanti Mommy marahin ya Daddnya ya,” ucap Varisha seraya memeluk sang putri yang makin terisak di dalam dekapannya.

“A—Adek gak suka kalau Daddy gituin Adek. Nyebelin tau gak…”

“Kalau gak salah kenapa harus takut?” celetuk Ghazam yang masih terus melanjutkan argumennya.

“Ghazam…” sahut Varisha berusaha mengingatkan sembari melemparkan tatapan tajamnya ke arah sang suami.

Fine, Daddy yang salah. Daddy minta maaf.”

“D—Daddy gak boleh gitu lagi, Adek gak suka disudutin kayak gitu,” ucap gadis kecil tersebut sembari menatap presensi sang orang tua yang kini tengah berjongkok di hadapannya.

Ghazam pun lantas membuang nafasnya pelan seraya menggenggam jemari lentik sang putri. Sebisa mungkin ia membuang jauh egonya yang tak henti menaruh rasa curiga atas perangai asing yang ditunjukkan oleh sang anak.

“Kalau Adek ngerasa benar harusnya dijawab aja pertanyaan Daddy, kalau Adek responnya begini gimana Daddy gak curiga coba, hmm? Udah Daddy bilang, gak boleh pacaran. Adek jawabnya boleh temenan sama cowok, terus Daddy tanya, jadi Adek punya pacar? Terus apa lanjutannya? Kenapa Adek malah nangis coba? Kalau Adek gak punya pacar just tell me, ngapain coba nangis?”

“Mommy…”

“Jawab aja, gak usah Mommy Mommy. Kamunya juga Kak, gak usah ngomporin dulu. Tunggu sampe Adek berani jawab pertanyaan aku.”

Y—Ya… Adek jawab aja, kalau cuma temenan kan gak—“

“Varisha Ruby? Udah ganti nama, huh?” sahut Ghazam sembari menatap tajam wajah kikuk sang istri.

“Vaneeza, jawab. Gak begitu susah pertanyaan Daddy. Huh? Jadi Adek sekarang punya pacar? Iya?”

“G—Gak punya,” jawab Vaneeza dengan suara pelannya yang bahkan nyaris tak terdengar.

“Jawab yang tegas, matanya liat Daddy. Adek udah punya pacar sekarang?” ulang laki-laki tersebut dengan suara tegasnya.

“G—Gak punya…”

“Gak usah nangis. Gak ada yang nyuruh Adek nangis,” ucap Ghazam seraya menyeka lelehan air mata yang kembali jatuh di wajah jelita sang putri. Perlahan hati laki-laki itu melunak, jelas ada perasaan tak tega kala ia melihat malaikat kecilnya menangis pilu di hadapannya.

“Udah, gak usah nangis lagi Nak. Daddy gak marah, Daddy cuma nanya aja. Adek juga udah jawab jujur kan…” sahut Varisha berusaha menenangkan sang putri yang masih menangis terisak.

“A—Adek capek, Adek masuk duluan…”

“Ya, boleh. Istirahat ya, nanti malam makan lagi jangan langsung tidur.”

“Pintu kamarnya gak usah dikunci Vaneeza,” celetuk Ghazam seraya menatap presensi sang putri yang mulai berlalu dari hadapannya.

Ck! Kamu tuh! Kebiasaan deh, udah tau anaknya lagi dapet moodnya berantakan malah makin dibuat nangis kejer. Besok-besok kamu aja deh yang haid biar tau rasa!”

“Maaf…” [] 



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started