Meets Juan

“Daddy, kita ngapain ke sini?” tanya gadis kecil tersebut sembari matanya sibuk mengamati beberapa properti yang berada di ruangan tersebut. Ia sedikit bingung sebab lelaki tersebut sama sekali tak kunjung menjawab pertanyaannya.

“Wah, udah sampe ternyata. Halo, Darleen ya?” sapa seorang laki-laki yang tengah memakai atribut kepolisian lengkap di tubuh gagahnya.

“Salim Nak.”

“Pintarnya… Alin mau cokelat gak?” tawar Juan sembari membuka laci mejanya untuk mengambil beberapa bungkus coklat miliknya yang ia simpan di laci meja kerjanya.

“D-daddy, Alin boleh ambil coklatnya?” tanya gadis kecil tersebut ragu.

It’s okay. Take it and don’t forget to say thank you ke Om Juan ya.”

Langkah kecilnya lekas mendekati presensi lelaki yang sebelumnya menawarkan beberapa bungkusan coklat kepadanya.

“Terima kasih, Om Juan. J-jangan bilang Mommy Asha ya kalau Alin makan coklat,” pesan gadis kecil tersebut sembari jemari kecilnya menggenggam beberapa bungkusan coklat tersebut.

“Hahaha, iya. Sssstt, Om udah keep gak bakal bilang ke Mommy ya!” sahut Juan sembari tersenyum gemas melihat gadis kecil tersebut.

“Alin, Alin mau main game gak? Ini, Om ada permainan bagus lho di sini. Alin mau coba main gak?”

“D-daddy, boleh?” tanya gadis kecil tersebut seraya menatap lelaki yang tengah duduk di sofa meminta persetujuan.

“Boleh.”

Great! Ini, Alin duduknya di sini aja. Nah, duduk yang anteng ya,” ucap Juan sembari menggedong tubuh ringan anak perempuan tersebut untuk duduk di singgasana kursi kerjanya.

“Jadi gimana Gam? Semua udah dikumpulin?” tanya Juan sembari menempatkan dirinya duduk berhadapan dengan lelaki tersebut.

“Udah Mas, ini. Semuanya udah saya kumpulin di flashdisk ini.”

Sekilas Juan menilik sedikit dalam pada wajah lelaki yang kini tengah duduk di hadapannya. Tak ada begitu banyak perubahan yang terlihat dari rupa yang ditunjukkan oleh lelaki tersebut dibandingkan penampilannya beberapa tahun silam.

Juan jelas cukup mengenal Dhirgam sejak beberapa tahun yang lalu. Dhirgam Kaito, sang adik tingkat ketika ia masih mengemban pendidikan tingkat strata satunya. Lelaki yang pernah menghajar dirinya habis-habisan tatkala ia ketahuan menyelingkuhi Sadhira di masa kuliah. Sial, Juan masih ingat betul bagaimana duel sengit di antara keduanya berhasil menggegerkan warga seantero kampus sampai-sampai keduanya harus mendapatkan skors sebagai hukuman dari pihak kampus.

Kenangan yang agak pahit itu, Juan masih ingat betul. Sayang, lelaki tersebut nampaknya sama sekali tak mengingat hal tersebut.

“Gam,” panggil Juan seraya menilik sekali lagi wajah lelaki tersebut.

“Ya, Mas?”

“Lo beneran gak ingat gue siapa?”

“K-kakak tingkat saya pas masih kuliah dulu?” jawab Dhirgam sedikit ragu.

“Tahu darimana gue kating lo?” tanya Juan kembali.

“Asisten saya yang bilang, Mas.”

Hmm….”

“Yaudah, nanti kita obrolin lagi aja deh soal gue dan masa lalu kita. Kita sekarang fokus aja dulu sama urusan Dian,” imbuh Juan seraya mengeluarkan satu batang rokok untuk ia hisap.

“Mas, sorry. Ngerokoknya bisa nanti aja? A-ada Darleen di sini, nanti Asha ngiranya saya yang merokok di depan Darleen.”

Oh, sorry. Gue lupa ada Alin di sini,” ucap Juan yang kemudian lekas mengurungkan niatnya.

Okay, soal Dian. Gue langsung to the point aja ya. Dian sekarang udah kabur ke Vietnam, gue baru dapat kabar dari anak buah gue kalau dia udah nyebrang ke Vietnam naik kapal ilegal.”

Gosh, terus gimana sekarang Mas? Masih bisa dicari kan posisinya?” tanya Dhirgam sedikit geram.

“Bisa. Gue udah minta sama pihak kepolisian sana untuk lekas cari posisinya beliau sekarang di mana. Nah, di sini gue punya tugas buat lo Gam.”

“Tugas apa Mas?” tanya Dhirgam penasaran.

It’s so easy. Ini bisa ngebantu untuk ngepancing Dian untuk balik lagi ke Indo.”

Oh ya? Gimana caranya?” tanya Dhirgam seraya menatap wajah sumringah gadis kecilnya yang masih sibuk dengan permainan yang berada di tablet tersebut.

“Denise Kairi Shailendra. Anak dari Dian dan bokap lo, hmm Adik tiri lo deh jatuhnya. Nah, si Danise posisinya masih di Indo sini. Gue gak tau dia udah pernah ngontak lo atau belum, tapi yang gue tau kayaknya dia masih kukuh mau stay di sini dan gak ikut nyokapnya untuk pindah ke Vietnam karena masih ngejar sebagian warisan dari keluarga lo selepas Eyangti pergi,” jelas Juan panjang lebar.

“Tugas lo gampang. Lo cukup pura-pura kayak mau ngasih dia sebagian harta lo untuk si Denise, pancing dia untuk masuk ke perangkap kita. Nah, terus kalau lo udah berhasil narik dia, tinggal kita putar rencana untuk mancing si Dian balik ke sini melalui si Denise ini. Gue yakin banget, Si Dian pasti gak mau kalau Denise sampai kenapa-kenapa. She will do anything for her son. Gue yakin, Gam.”

Hmm, kayaknya waktu itu emang pernah ada chat whatsapp yang bilang dia minta hak gitu ke gue. Tapi setelah gue balas, gak ada lagi balasan dari yang bersangkutan. Kayaknya itu si Denise itu ya Mas?” ucap Dhirgam menjelaskan.

Yes, it’s him.”

“Lo coba deh cari info soal si Denise, lo tarik dia buat masuk ke area lo Gam,” imbuh Juan memberikan saran.

Drrrrt Drrrrt

Getaran suara ponsel berhasil menghentikan obrolan serius yang kini tengah keduanya bahas. Dhirgam pun lekas merogoh sakunya untuk mengangkat panggilan tersebut.

“Halo, Sha? O-oh iya ini aku sama Darleen bentar lagi pulang. I-iya, nanti langsung aku antar ke tempat les. Ya, Dah…” ucap Dhirgam sebelum mengakhiri panggilan tersebut.

“Mas, sorry banget. Saya lupa hari ini Darleen ada jadwal les. Ini kita lanjutin nanti lagi gakpapa Mas?”

Sure, gakpapa. Semuanya juga udah gue sampaikan kok, nanti kalo ada yang kurang biar gue infoin aja via whatsapp ke lo ya Gam.”

“Boleh Mas, ini tabletnya. Say thanks to uncle Juan, Nak,” ucap Dhirgam kepada putrinya.

“Terima kasih Om Juan. Nanti Alin mampir lagi ke sini boleh ya?” ucap gadis kecil tersebut seraya tersenyum manis. Jemari kecilnya pun lekas memberi beberapa permen miliknya kepada lelaki tersebut.

“Ini permen buat Om Juan. Jangan ngerokok lagi ya, kata Mommy gak baik, nanti cepat meninggal.”

Ucapan polos gadis kecil tersebut sukses mengundang gelak tawa dari kedua laki-laki tersebut. Sebenarnya tidak ada yang salah dari ucapan gadis kecil tersebut, yang ia katakan menang benar adanya. Ah, ajaran Sadhira memang benar-benar top markotop pikir mereka.

“Iya, Alin. Om bakal kurangin ya ngerokoknya,” ucap Juan seraya mengambil permen pemberian dari gadis kecil tersebut.

“Yaudah Mas, kalau gitu kita pamit dulu.”

“Ya, hati-hati di jalan. Dadah Alin? See ya later!” ucap Juan seraya membelai pelan surai gadis kecil tersebut sebelum keduanya keluar dari ruangannya.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started