Dengan langkah tergesa, Fariz memantapkan kakinya menuju bangunan rumah sakit yang bertuliskan “Instalasi Gawat Darurat” tersebut. Matanya nyalang mencari puannya di antara beberapa kerumunan manusia yang nampak tengah sibuk dengan kepentingan mereka masing-masing.
Pun, tak membutuhkan waktu yang begitu lama baginya untuk menemukan apa yang sedang ia cari. Hatinya terasa sedikit longgar sebab apa yang ia lihat kini cukup melegakan, puannya tengah duduk di salah satu kursi yang terletak tak jauh dari pintu utama ruangan gawat darurat tersebut.
“Zarhira!” panggil Fariz sembari ia memeluk erat tubuh puannya. Tak membalas, wanita tersebut hanya diam tanpa sama sekali memberikan respon yang berarti kepada sang suami yang tengah memeluknya erat.
“Bun?” panggil Fariz sembari melepaskan pelukannya. Sesaat pandangannya mulai terfokus pada dress biru langit yang tengah dikenakan oleh sang puan kini sudah penuh dengan rembesan darah segar. Sesegera mungkin Fariz memastikan situasi yang kini tengah dialami oleh wanitanya tersebut.
“Zathira ini kenapa bajunya kena rembesan darah semua? Siapa yang nyelakain kamu?” tanya Fariz seraya maniknya menatap lurus pada wajah kosong sang istri.
“Mas Faris kena tusuk sama orang gak dikenal pas mau nyelamatin Mbak Zathira tadi Pak,” ucap Zaki menjelaskan.
“Kena tusuk gimana? Siapa pelakunya?”
“Tadi ada cowok pakai pakaian serba hitam, dia bawa sajam ke arah Mbak Zarhira, Pak. Niatnya mau nargetin Mbak Zarhira, cuma kebetulan di situ ada Mas Faris jadinya Mas Faris yang maju nyelamatin Mbak Zarhira,” jelas lelaki tersebut lugas.
“Ini Farisnya gimana? Pelakunya ketangkep?” tanya Fariz tak sabar.
“Mas Faris kena tusukan dua kali di area perut, ini lagi ditangani di dalam. Pelakunya masih buron, tapi udah ditindaklanjuti sama pihak kepolisian Pak,”
“Siapa pelakunya? Kamu kenal?” tanya Fariz sembari menatap sang puan. Pun, pertanyaan tersebut dijawab dengan anggukan pelan oleh sang wanita.
“Siapa?”
“P-pak Danu,” jawab Zarhira takut-takut.
“Danu? Danu atasan kamu yang dulu?”
“I-iya,” jawab sang puan membenarkan.
“Brengsek!”
Tak ada satupun di antara keduanya yang menyangka jikalau lelaki tersebut kini kembali mengusik kehidupan sang wanita. Pun, terlebih lagi aksinya yang sekarang terbilang lebih nekat sebab ia sampai hati untuk menyelakai sang istri.
“Kamunya gakpapa? Ada yang luka, hm?” tanya Fariz kepada sang istri. Pikirannya kini sudah kalang kabut usai mengetahui fakta bahwa sang istri menjadi target dari aksi bahaya yang dilayangkan oleh lelaki tersebut.
“G-gakpapa, t-tapi a-aku takut Mas Faris kenapa-kenapa,” adu perempuan khawatir.
“G-gara-gara aku Mas Faris jadi k-korbannya,”
“Sssttt…. Gak boleh ngomong gitu. Apa yang udah terjadi udah digariskan semua sama yang di atas. Kita do’ain aja semoga keadaan Faris gak begitu parah,” ucap Fariz berusaha untuk menenangkan puannya.
“Di butik ada baju ganti gak? Bunda bersih-bersih badannya dulu ya,”
“Tadi dibawain baju bersih sama anak butik Pak, ini. Ganti aja dulu Mbak bajunya, pake yang ini,” ucap Zaki seraya menyerahkan sebuah paper bag berisi pakaian ganti untuk sang atasan.
“Thanks, ayo Bun. Ganti dulu bajunya,” ucap Fariz sembari menuntun sang puan untuk mengganti terlebih dahulu setelan pakaian milik sang puan yang nampak kotor dan lusuh tersebut.
Leave a comment