Seisi ruangan kini tengah dipenuhi oleh sahutan suara indah kedua insan yang sedang berpacu dalam riuhnya kegiatan panas kala malam itu. Seperti biasa, Varisha yang dibuat takluk dibawah dominasi sang tuan hanya bisa berusaha mengimbangi dengan gerakan tipis sebab sisa energinya yang sudah mulai menipis.
“Ngapain kamu pake tukeran nomor sama Abi tadi di bakery tadi, hm?” tanya lelaki tersebut sembari melilitkan jemari tangannya pada leher sang wanita. Maniknya memandang tajam wajah sang puan yang sudah sepenuhnya kacau dengan butiran peluh keringat serta helaian surai yang berantakan sebab aksi nakal yang terus menerus ia berikan.
“Oh, g-gosh….”
*Plak!
Satu tamparan kembali mendarat pada pinggul elok sang puan yang terlihat kemerahan akibat perbuatannya. “Answer my fucking question,” bisik Ghazam yang sudah mulai merasa jengah sebab puannya lebih memilih untuk tak menjawab pertanyaannya sedari tadi. Tak begitu paham, namun nyatanya puan tersebut memang sengaja memancing amarah lelaki tersebut sebab ini adalah salah satu momentum favoritnya dimana elok tubuhnya dihancurkan semalaman oleh sang tuan tiada ampun. Sekelibat rasa perih dan nikmat menjadi satu, perfect combo pikir sang puan.
“Yang, mulutnya bisu ya? Gak bisa jawab, hm?” tanya Ghazam seraya ia menghentikan sementara hujamannya pada inti sang puan.
“D-don’t stop, Daddy….” lirih Varisha sembari ia memeluk tubuh kekar sang suami. Tubuhnya pun mulai bergerak pelan di atas pangkuan tuannya. Varisha merasa tak kuat untuk menahan diri jikalau hanya menunggu pergerakan dari sang tuan.
*Plak!
“Siapa yang suruh gerak, hm?” tanya Ghazam yang kembali menampar pinggul sintal wanitanya.
“Jawab pertanyaan aku tadi, Yang. Ngapain kamu tukeran nomor sama si Abi di bakery tadi?”
“C-cuma tukeran nomor K-kak,” sahut sang puan yang jelas sama sekali tidak menjawab pertanyaan sebelumya.
“Aku tanya kenapa, Varisha. Paham gak sama pertanyaan aku barusan?” tanya Ghazam sembari jemari nakalnya memilin keras kedua puting yang nampak mengeras tersebut.
“Shhhh, t-tadi Mas Abi minta katanya buat M-mamanya,”
“Buat Mamanya gimana? Ngomong yang jelas,” tanya Ghazam kembali.
“S-sakit, j-jangan dipelintir lagi,” pinta Varisha seraya menarik paksa jemari nakal sang suami dari area sensitifnya.
“Ngomong yang jelas makanya!”
“M-mamanya Mas Abi mau order beberapa kue buat acara di rumahnya, jadinya Mas Abi minta nomor aku biar Mamanya bisa langsung ngehubungin aku,” jelas sang puan.
“Nomor bakery kan ada? Kenapa gak dikasih nomor itu aja? Kenapa malah pake nomor pribadi kamu?” tanya Ghazam yang kini sudah mulai kembali menghujam miliknya pada inti sang istri.
“Sshhh, M-mas A-abi mintanya nomor aku, k-katanya ada yang mau ditanyain sama Mamanya,”
Tak lagi melanjutkan konservasi, Ghazam pun kembali melanjutkan kegiatan panasnya dengan sang puan. Pun, ia kemudian menukar keduanya menjadi missionaris. Ya, tujuannya kali ini ingin membuat wanitanya benar-benar jera. Malam yang panjang serta dihiasi dengan sedikit tangisan tak apa menurutnya, yang terpenting adalah supaya puannya paham atas konsekuensi yang sudah diperbuat.
“Shhhhh, K-kak….” rintih Varisha sesaat milik sang suami menghujam begitu dalam pada inti titik sensitifnya. Rasa-rasanya ia dibuat kelimpungan oleh aksi panas tersebut.
“K-kak…. U-udah, a-aku mau keluar,”
“Go ahead, keluar aja,” sahut Ghazam seraya tangannya kembali mencekik pelan ceruk leher wanitanya. Ia pun sama sekali tak menghentikan hujamannya sekalipun tubuh sang puan sudah menunjukkan bergerak tak tentu arah sebab titik pelepasannya telah tiba.
“Ganti posisi, nungging Yang,” titah Ghazam seraya menarik tubuh puannya untuk berganti ke posisi selanjutnya.
“K-kak,” mohon sang puan seraya ia berusaha menahan kedua kakinya yang masih bergetar hebat usai titik klimaksnya datang.
“I don’t care if your legs shaking. If you can still walk, then we’re not finished,”
“Gosh…. Look at these two planets. They’re red, Mommy. Are they Mars?” tanya Ghazam yang mengumpamakan kedua pinggul kemerahan sang puan dengan planet merah tersebut.
“S-shhhhh….” rintih sang puan tatkala milik sang suami kembali menusuk tajam inti miliknya. Kali ini ia tak dapat berkutik lagi, elok tubuhnya hanya milik sang tuan malam ini.
Drrrrt Drrrrt!
Getaran ponsel berhasil memecah fokus lelaki tersebut sesaat nama sang anak sulung yang tertulis pada layar ponsel milik sang istri.
On the phone:
“Halo, Bang. Kenapa?”
“Mommy mana? Abang mau ngomong sama Mommy.”
“Mommy udah tidur, Abang ada perlu apa? Bilang ke Daddy aja.”
“Abang mau brompton, yang S1E aja. Kemarin kata Mommy mau tambahin sama uang tabungan Abang kalau jadi mau beli sepedanya.”
“Yaudah, besok pagi kasih tunjuk Daddy mau serie yang mana. Biar Daddy yang beliin.”
“Daddy yang beliin? Gak pake uang tabungan Abang?”
“Iya Daddy yang beliin. Udah ya, Daddy matiin. Daddy mau lanjut tidur.”
“Okay. Makasih Daddy!”
“Ya,” ucap Ghazam mengakhiri sesi perbincangannya dengan sang anak.
“Sorry for making you wait,” bisik Ghazam pada daun telinga sang puan.
“Shhhhh, anaknya jangan terlalu dimanja Kak,” ucap Varisha mengingatkan.
“Sekali-sekali manjain Abang gakpapa,”
*Tok Tok Tok!
“Astaga, apalagi ini?” ucap Ghazam sedikit jengah sebab tak henti-hentinya interupsi datang mengusik aktivitasnya dengan sang puan malam ini.
“Mommy!” panggil seseorang dari balik pintu. Ya, sudah jelas itu adalah suara anak bungsu mereka, Vaneeza.
“Adek itu Kak,”
“Gosh, pasti nangis lagi mau tidur di sini. Mom, buruan ke kamar mandi!” ucap Ghazam panik sembari ia dengan cepat berlarian untuk mengambil bathrobe guna menutupi tubuh polosnya.
“Hmm, ada aja gangguannya,” ucap Ghazam sebelum ia memutar knop pintu untuk menyambut sang anak bungsu.
“Halo, Princess! Kenapa? Mau tidur di sini lagi ya?”
Pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh gadis kecil tersebut. Seraya ia membawa sebuah boneka beruang di tangannya, Vaneeza pun lekas melangkahkan kakinya menuju ranjang king size yang terlihat cukup berantakan tersebut.
“Mana Mommy? Adek mau bobo sama Mommy,” tanya gadis kecil tersebut kebingungan.
“Mommy lagi di toilet. Adek tunggu dulu sebentar ya,” ucap Ghazam kemudian ia pun bergegas membereskan ranjangnya agar nyaman untuk ditempati.
Leave a comment