Terluka

Dengan langkah tergesa Fariz buru-buru berlari menuju kamar lantai atas di mana sang istri tengah berada. Pikirannya benar-benar dipenuhi rasa kalut sebab puan tersebut tak juga kunjung membalas pesannya. Halusinasi tentang hal tak baik yang terjadi kepada sang istri kini tengah memenuhi rongga pikirannya. Kuat-kuat ia memaki dirinya sendiri yang nyatanya lalai membiarkan sang puan sendirian berada di rumah.

Tak lagi mengetuk pintu, Fariz dengan lugas mendorong pintu putih tersebut secara paksa sehingga berhasil menciptakan suara benturan pintu yang cukup keras. Nafasnya memburu seraya kakinya terus melangkah maju menuju satu kamar kecil di mana terakhir kali sang puan memberi kabar.

Degupan jantungnya berdetak dengan cepat tatkala maniknya menatap rembesan darah segar serta beberapa pecahan kaca yang tersebar di area sekitar bath ub tersebut. Lisannya terasa kaku sehingga barang sekata pun tak dapat ia sebutkan sebab bayangan tak baik yang ia pikirkan sedari tadi nampak semakin nyata. Fariz pun semakin panik sebab ia tak menemukan presensi sang istri di ruangan tersebut.

“Zathira!” panggil Fariz dengan suara lantangnya. Berkali-kali ia memanggil nama puan tersebut namun tak ada satupun jawaban yang ia dapatkan dari wanita tersebut. Lantas, ia pun bergegas meraih ponsel pintarnya dan mulai membuat panggilan pada nomor sang puan. Suara deringan pun terdengar dari arah ranjang kamar, benar saja, ponsel sang puan tertinggal di ruangan tersebut.

Shit, kamu di mana Bun?” tanya Fariz gelisah seraya ia turun menuju lantai bawah untuk keluar. Ia akan mencoba bertanya kepada tetangga sebelah rumah yang barangkali tahu di mana keberadaan sang istri.

Baru saja satu langkah ia selesai menuruni anak tangga, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan presensi sang istri yang tengah berjalan dengan santai sembari membawa satu kantong plastik hitam pada genggaman tangannya.

“Zathira Saaliha!” ucap Fariz seraya ia memburu presensi sang puan yang kini tengah menutup kembali pintu utama rumah tersebut.

“Hmm? Ayah udah pulang?” tanya puan tersebut sedikit bingung. Fariz sama sekali tak menjawab pertanyaan sang istri, ia malah lekas bergegas menghambur pada pelukan sang istri.

“K-kamu dari mana aja? A-aku imess gak dibalas, aku telfon gak diangkat. A-aki khawatir Bun, a-aku pikir kamu k-kenapa napa!” ucap Fariz sembari menangis tersedu-sedu dalam pelukan puan tersebut.

“Ya ampun Yah. Bunda cuma ke warung depan mau beli hansaplast. Tadi Bunda gak sengaja jatohin lilin aromaterapi, terus pecahannya kena kaki,” jelas puan tersebut sembari mengusap wajah sang suami.

“K-kakinya luka?” tanya Fariz panik.

“I-iya luka sedikit, tapi udah Bunda obatin. Tinggal beresin pecahan belingnya aja,”

Cup!
“Ayah jangan nangis lagi, Bunda gakpapa kok,” ucap puan tersebut seraya mengecup sekilas bibir sang suami. Nampaknya sang sumi benar-benar cemas sehingga ia berani menangis sesenggukan di hadapannya.

“Kakinya sakit?” tanya Fariz sembari melihat plester berwarna coklat yang menempel di kaki sang puan.

“Sedikit,”

“Yaudah sini, biar Bundanya Ayah gendong aja,” ucap Fariz kepada sang istri.

“G-gak usah, Bunda bisa kok jalan sendiri,”

“Ck!”

“Aaaaaa….” pekik puan tersebut tatkala sang suami secara mengangkat tubuh ringannya ke dalam gendongannya.

“Lain kali kalau mau pergi dibiasain handphonenya dibawa, jangan ditinggal. Sekalipun perginya gak jauh tetep handphonenya harus dibawa, biar Ayah bisa gak khawatir, bisa ya Bun?” tanya Fariz sembari mendorong pintu kamar berwarna putih tersebut.

“Iya Ayah, maaf karena udah buat Ayah khawatir,” jawab Zathira tak enak. Setibanya keduanya di kamar, Fariz pun lekas menempatkan sang puan untuk beristirahat di atas ranjang.

“Bunda mantep di sini dulu, biar Ayah yang beresin pecahan belingnya,” pesan Fariz kepada sang istri.

“Iya, Ayah hati-hati. Tadi banyak pecahan beling yang kecil, nanti Ayah gak keliatan,”

Okay,” jawab Fariz sebelum ia memasuki kamar kecil tersebut untuk membereskan beberapa pecahan beling yang berserakan di lantai kamar mandi tersebut.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started