Bincang Mantan

“Bun, mau ditambah lagi nasinya?” tanya Fariz sembari menyuapi sang puan yang kini nampak kelelahan usai mengurusi rangkaian acara lamaran tadi siang.

“Mau, tapi sedikit aja. Nanti gak habis,”

“Okay,” sahut Fariz kemudian ia pun beranjak untuk mengambil tambahan makanan untuk sang puan.

*Tok Tok Tok!
“Assalamu’alaikum…” ucap salah seorang laki-laki dari balik pintu rumah tersebut.

“Waalaikumsalam…” jawab Zathira sembari ia membuka pintu untuk tamu yang belum ia ketahui tersebut.

“Oh, Gading? Masuk, masuk!” ucap sang puan antusias tatkala ia melihat presensi teman sang calon suami di depan pintu.

“Siapa Bun? Oh, lo Ding? Masuk…” ucap Fariz ramah kepada teman karibnya tersebut.

“Iya Iz,”

“Bentar Mbak ambilin makanan sambil minuman dulu,” ucap Zathira kemudian ia pun bergegas menuju dapur rumah barunya tersebut.

“E-eh g-gak usah repot-repot Bun,” sahut Gading tak enak

“Ssstt, udah santai aja. Duduk dulu sini,” ucap Fariz kemudian diikuti oleh sang teman untuk duduk di kursi ruang tamu tersebut.

“Gue pikir lo gak bakal dateng tadi,”
“Sorry Iz,”
“Gakpapa, gue ngerti posisi lo Ding. Lo nyempetin buat dateng setelah acara selesai aja gue udah berterima kasih banget,”

“Eh, ada si Dandi di belakang, lagi PDKT-an sama temennya Bunda haha,” ucap Fariz berusaha untuk mencairkan suasana.

“Beneran nyantol tuh anak?”

“Iya, hahaha. Cocok katanya,” jawab Fariz senang.

“Wes, bro Gading! Baru dateng nih?” ucap seorang laki-laki yang baru saja muncul dari area dapur.

“Ayangnya gak diajak?” tanya Dandi usil kepada sahabat karibnya tersebut.

“Hahaha, mau cari mati lo,” jawab Gading sembari ia membuka jaket hitamnya.

“Gading, dicicipin makanannya. Maaf tinggal segini, soalnya udah pada abis semua,” ucap Zathira sembari meletakkan beberapa makanan dan minuman di meja ruang tamu tersebut.

“Makasih Bun,”
“Sama-sama, izin ke dalem dulu ya,”
“Iya, Bun,”

“Gimana Ara, Ding?” tanya Fariz seraya ia mengeluarkan vape miliknya untuk ia hisap.

“Hmm, ya gitulah Iz,”

“Do you love her?” tanya Fariz seusai ia menghembus asap dari rokok elektrik tersebut.

“Kalo gak cinta gak mungkin Gading bertahan sampe sekarang tolol,” celetuk Dandi sembari ia menuangkan air satu persatu gelas di meja tersebut.

“Gue juga dulu bilangnya gitu, sayang dan cinta sama dia…” ucap Fariz terhenti.

“Tapi rasa sayang doang gak cukup,” ucap kedua lelaki tersebut bersamaan. Keduanya saling memberi tatap sebab keduanya saling mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini.

“Jadi gimana lo sekarang?” tanya Fariz kembali.

“Ya tetep lanjutlah, gue percaya kalau Ara pasti bisa berubah,” ucap Gading pasti.

“Hmm, sure. Gue juga percaya Ara pasti bisa berubah. Tapi inget Ding, kita gak bisa ngubah seseorang terlebih lagi kalau orangnya gak mau sadar titik salahnya dia di mana,”

“Her soul’s already broken, susah untuk diperbaiki lagi Ding. Cuma Ara yang ngerti dan paham maunya dia gimana,”

“Iya Iz,” jawab Gading pelan.

“Semangat bro! Semoga Ara lekas sembuh dan gue do’ain semoga kalian berdua berjodoh!” ucap Fariz seraya menepuk pundak temannya tersebut.

“Aamiin, Iz. Semoga aja,” jawab Gading sedikit tenang sebab ini adalah pertama kalinya ia berbagi kisah problemanya dengan sang kekasih kepada orang lain. Sedikit banyak hatinya terasa lega sebab Fariz sang teman sejawat memahami apa yang kini tengah ia rasakan. Ia cukup berterima kasih kepada lelaki tersebut sebab ia sama sekali tak menghakimi sikap sang kekasih yang acak kali sering mengacaukan perasaannya.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started