Gak bisa pulang

Dengan kecepatan di atas rata-rata, Fariz mengemudikan sepeda motor miliknya membelah jalanan kota yang sudah nampak sepi di bawah lebatnya guyuran hujan di malam itu. Ya, tujuannya hanya satu, untuk menemui sang puan yang masih terjebak akibat kendaraan roda empatnya yang kini tengah mogok di tengah jalan. Ia tak lagi mempedulikan setelan pakaiannya yang kini sudah basah kuyup akibat derasnya volume guyuran air hujan yang membasahi permukaan tanah.

Tak membutuhkan waktu lama sebab lokasi sang puan tak begitu jauh dari mess tempat ia tinggal, Fariz pun dapat melihat kendaraan roda empat milik sang kekasih yang kini tengah terparkir di pinggiran jalan yang nampak begitu sepi tersebut. Lantas, ia pun bergegas mengetuk kaca mobil sang puan untuk memastikan keadaan sang kekasih.

Zathira yang menyadari kedatangan sang kekasih lantas bergegas mengambil sebuah payung dan ia pun keluar dari kendaraan roda empat tersebut guna menyusul lelaki tersebut.

“Gak usah keluar, masuk duduk aja di dalem,” ucap Fariz di samping pintu menghalangi sang puan untuk keluar. Selanjutnya, ia pun mengotak-atik beberapa fitur yang berada di dalam mobil tersebut untuk membuka kap depan mobil untuk ia periksa.

“Bun, ngerti gak aku bilang apa tadi?” ucap Fariz sedikit kesal sebab sang puan tak menuruti kehendaknya.

“Kamunya kehujanan,” ucap Zathira tak berani menatap mata lelaki tersebut.

“Yaudah biarin, hujan doang!”

“Aku bantu payungin aja,” ucap Zathira tak enak.

Tak menjawab, ia tak mau memperpanjang perdebatannya dengan sang kekasih. Lelaki tersebut pun memutuskan untuk mempercepat pekerjaannya agar sang puan tak perlu berlama-lama berdiri di luar dengannya.

Dengan tangkas jemari lelaki tersebut mengotak-atik satu persatu komponen kendaraan yang menjadi penyebab mobil tersebut mati. Zathira hanya dapat mengamati sembari tangannya dengan tegap memegangi sebuah payung untuk melindungi sang kekasih dari guyuran hujan. Ia tak peduli menskipun kini rembesan air hujan tersebut berhasil membasahi bajunya yang tak terkena lindungan payung, yang terpenting adalah lelaki di sebelahnya tak lagi kehujanan. Itu tujuannya.

“Coba nyalain,” titah Fariz kepada sang kekasih.

“O-okay, pegang payungnya,” lantas lelaki tersebut dengan sukarela mengambil alih payung berwarna hitam tersebut kemudian ia pun bergegas mengikuti langkah sang kekasih sambil memayungi sang wanita agar tak terkena basahan air hujan.

“Nyala!” sahut sang puan antusias tatkala dalam satu kali percobaan mobil tersebut pun menyala.

Sedikit tenang, Fariz pun lantas bergegas mengambil satu kantong plastik dari motornya untuk ia berikan kepada sang puan.

“Pake, baju kamu basah, nanti kedinginan terus masuk angin,” titah Fariz sembari memberi satu buah jaket tebal miliknya kepada sang puan.

“Kamu aja yang pake, baju kamu lebih basah daripada baju aku,” tolak Zathira beralasan.

“Kalau aku yang pake nanti tetep bakalan basay juga. Udah ah, buruan pake. Udah malem ini,”

“Kamu nanti jalan di depan duluan, nanti biar aku ngikutin dari belakang,” imbuh Fariz sembari ia menutup pintu kemudi kendaraan roda empat tersebut.

“Y-ya,” sahut sang puan merasa berat hati.

“Ayo, jalan,” ucap Fariz sembari mengetuk kaca kendaraan roda empat tersebut. Lantas, ia pun segera menyalakan kendaraan roda empat tersebut menuju lokasi tempat tinggalnya diikuti oleh sang kekasih di belakangnya.

Baru beberapa meter ia melajukan kendaraannya, tiba-tiba saja ia menghentikan laju kendaraannya sebab terlihat dengan jelas satu batang pohon besar kini tumbang dan menutupi akses jalan.

“Gak bisa lewat ya?”

“Iya, ada jalan lain gak ya?” tanya sang puan yang kini membuka kaca jendelanya.

“Ada sih, tapi banjir. Nanti malah tambah susah kamunya,”

“Terus gimana? Nungguin sampe pohonnya diangkat gitu?” tanya sang puan bingung.

“Besok kamu masih libur kan?” tanya Fariz kepada sang puan.

“Iya, kenapa?”

“Tidur di mess aku aja dulu gimana? Nanti aku suruh Dandi tidur sama Jodi dulu sementara,” tawar Fariz kepada sang puan.

“Gila kamu, enggak mau ah!”

“Ya terus gimana? Gak ada jalan lain, kalau mau lewat tempat yang banjir tadi ya silahkan, tapi paling mobil kamu mogok lagi kayak tadi,” ucap Fariz menjelaskan.

“Hmmm,”

“Mess aku gak jauh dari sini, seenggaknya nyari aman aja dulu buat malem ini Bun,” terang lelaki tersebut memberi solusi.

“Aman emangnya kalau bawa perempuan ke Mess?”

“Aman selagi ada aku,”

“Hmm, yaudah ngikut aja aku,”

“Okay, puter arah. Kita lewat belakang aja,”

“Ya,” ucap Zathira mengikuti arahan lelaki tersebut.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started