rimyourbae

“Fariz, bangun dulu,” panggil Zathira sembari menggoyang-goyangkan tubuh sang kekasih yang kini tengah memeluknya erat. Ya, malam ini ia memutuskan untuk tidur di mess tempat lelaki tersebut tinggal sebab ia tak dapat kembali ke unit indekosnya karena sulitnya akses jalanan usai banjir yang sukses menggenangi beberapa area.

“Fariz,” panggil Zathira kuat sekali lagi.

“Shhhhh, Bun?” sahut laki-laki tersebut sedikit panik seusai ia terbangun dari mimpi buruknya.

“Kamu kenapa?”

“Kamu hamil?”

“Hah? Kamu ngomong apaan?” tanya Zathira bingung usai mendengarkan ucapan asal dari lelaki tersebut.

“Kamu hamil Bun, ini di perut kamu ada anak aku kan?” cerca Fariz kebingungan. Untuk saat ini ia masih belum bisa membedakan yang mana mimpi dan yang mana dunia nyata.

“Coba kamu cuci muka dulu deh! Masih ngantuk kamu kayaknya,”

“Bun aku serius,”

“Aku juga lebih serius! Nih, aku cubit. Sakit gak, hm?”

“Shhhhhh, s-sakit u-udah,” protes Fariz sesaat sang puan memberi cubitan kuat di lengannya.

“Ini berarti aku cuma mimpi tadi ya?”

“Ya, menurut kamu aja gimana,” sahut Zathira ketus.

“Hehehe, okay. Bagus deh kalau cuma mimpi,” sahut Fariz lega sebab itu semua hanyalah mimpi buruknya.

“Ini kamu ngapain ngebangunin aku? Perlu sesuatu Bun?”

“Iya,”

“Apa? Mau apa?” tanya Fariz kepada sang puan.

“Tolong beliin pembalut boleh gak? A-aku lagi dapet, t-tapi aku lupa bawa cadangan pembalut di tas,” pinta sang puan tak enak.

“Oh, boleh. Aku beli sekarang ya?”

“Kamu gak malu beli pembalut buat aku?” tanya Zathira memastikan.

“Enggak lah, ngapain malu coba? Udah, ini aku beli yang model kayak gimana pembalutnya?”

“Beli yang ada sayapnya,”

“Okay noted, satu pack yang sayap ya?” tanya Fariz sembari ia mengenakan jaket coklat miliknya.

“Iya,”

“Okay, aku pergi dulu. Pintunya di kunci dari dalem Bun,” ucap Fariz mengingatkan sebelum ia pergi meninggalkan sang puan menuju sebuah mini market yang buka selama dua puluh empat jam yang terletak tak jauh dari tempat ia tinggal.