“Shhhhh… Berat juga badan lo!” gerutu Fariz sesaat ia tengah membawa tubuh sempoyongan temannya tersebut untuk keluar dari bisingnya kehidupan klub malam yang kini tengah mereka sambangi.
“Duduk dulu di sini,” titahnya sembari matanya sibuk mencari taxi di jalanan yang sudah nampak sepi tersebut.
“Iz…” panggil Denis yang kini sudah kehilangan setengah kesadarannya akibat alkohol yang sedari tadi tenggak.
“Hmm?” sahut Fariz sembari ia mengeluarkan pemantik dari saku celana hitamnya.
“Dulu gue kurang ajar banget ya sama Ara,” ucap Denis sembari ia memejamkan matanya mengingatmu beberapa moment terdahulu yang ia habiskan dengan sang puan di masa putih abu-abu.
“Maksud lo?”
“Haha, b-berapa kali gue udah nyakitin h-hati Ara Iz, s-selingkuh di belakang Ara, abai ke Ara, s-suka ngomong kasar dan main tangan ke Ara. K-kok bisa ya selama satu tahunan lebih dia n-nahan diri sama semua sikap gue,” jelas Denis sedikit terbata.
Fariz yang sedikit terkejut dengan pernyataan lelaki tersebut lantas langsung membuang asal batang rokoknya yang masih menyala. Kali ini ia mencoba memfokuskan diri untuk mendengar ucapan jujur dari rekan kerjanya tersebut.
“Ulang, lo tadi ngomong apa?” tanya Fariz berusaha menahan emosinya sembari ia mencermati kembali untaian kata yang terucap dari mulut lelaki di sebelahnya.
“Gue brengsek banget ke Ara Iz! Gue udah nyakitin Ara berkali-kali! Selingkuh, ngomong kasar, main tangan, semua hal gak baik gue lakuin ke Ara!” sahut Denis dengan suara lantangnya sebab kini perasaan bersalah tengah menyeruak memenuhi hatinya.
“Bangun,” titah Fariz yang kini sudah mulai naik pitam usai mendengarkan ucapan dari lelaki yang kini tengah mabuk berat tersebut. Dengan bersusah payah, Denis pun berusaha untuk membawa tubuhnya berdiri dari kursi halte yang kini ia tempati.
Bugh!
Satu pukulan mentah berhasil mendarat di wajah lelaki tersebut sehingga berhasil membuatnya jatuh terhuyung ke lantai jalanan.
Bugh!
Lagi, nampaknya Fariz masih belum puas sehingga ia kembali menghadiahi lelaki tersebut dengan pukulan mentah yang tak kalah kuat dengan pukulan sebelumnya.
“Brengsek, bangun!” ucap Fariz seraya ia menarik asal kerah baju milik lelaki tersebut.
Bugh!
Tak ada perlawanan berarti yang diberikan oleh lelaki yang akrab disapa Dennis tersebut. Kesadarannya sudah sepenuhnya hilang akibat alkohol dan sekarang ditambah dengan beberapa pukulan keras yang ia terima sehingga membuat dirinya tak lagi dapat menemui titik sadarnya untuk sementara waktu.
“Brengsek!” maki Fariz di hadapan lelaki tersebut. Hatinya ikut terasa sakit usai mengetahui fakta tak baik yang telah dilakukan oleh lelaki di hadapannya terhadap sang mantan kekasih. Ya, sekalipun ia dan sang mantan kekasih kini tak lagi memiliki hubungan namun tetap saja Fariz tak bisa mengabaikan perasaannya terhadap sang puan begitu saja. Terlebih lagi di saat momen seperti ini, jelas perasaannya ikut tak terima tatkala ia membayangkan segala tindak tanduk tak baik yang sudah dilakukan oleh lelaki tersebut kepada sang mantan kekasih.
Leave a comment