Angry Guy

“F-fariz,” panggil sang puan tatkala ia melihat presensi sang kekasih yang baru saja tiba di tempatnya. Ia pun lantas bergegas menghampiri laki-laki tersebut dan meninggalkan sang atasan yang masih setia menunggunya.

“Mana orangnya?” tanya Fariz dengan emosinya yang sudah di ubun-ubun.

“Fariz, c-calm down… Gak boleh gegabah,” pinta Zathira kepada lelaki tersebut sembari ia menahan tangannya.

Sesaat Fariz pun menghampiri seorang laki-laki yang kini tengah duduk dengan santai di ruang tunggu indekos tersebut. Seperti tak tahu malu, itulah pikiran yang ada dibenaknya. Ingin sekali ia menghadiahi lelaki tersebut dengan beberapa bogeman mentah agar ia sadar akan tingkahnya yang sudah melampaui batas.

“Silahkan pergi, Zathira biar saya yang antar ke kantor,” titah Fariz berusaha untuk meredam amarahnya.

“Oh, ada kamu. Tadi kata Zathira kamu baru pulang kerja lembur. Mending Zathira biar saya aja yang antar, biar kamu gak repot,” sahut Danuarta berkilah.

“Pergi, brengsek!” maki Fariz tiba-tiba sembari ia menarik kuat kerah selalu kemeja milik lelaki bernama Danuarta tersebut. Zathira yang nampak kaget, lantas langsung menahan tangan solid sang kekasih agar ia tak melanjutkan aksi nekat tersebut kepada sang atasan.

“F-fariz, udah lepasin, g-gak boleh gitu,”

“Lo mau pergi sekarang atau mau gue gebukin di sini hah?” tanya Fariz yang masih tak melepaskan tangannya pada kerah kemeja lelaki tersebut.

“Haha, santai. Saya di sini gak bakal ngerebut istri kamu kok. Saya cuma mau ngajak Zathira berangkat ke kantor bareng aja, gak lebih,” jawab Danuarta santai sembari ia melepaskan tangan lelaki di hadapannya.

“Pak, Bapak pergi aja duluan ke kantor. Nanti biar saya dianter sama suami saya aja,”

“Hmm, okay kalau gitu. Saya pergi duluan, ketemu lagi di kantor ya,” ucap lelaki tersebut kemudian ia pun berlalu meninggalkan kedua sejoli tersebut di tempat.

“Fariz,”

“Masuk,” ucap lelaki tersebut dingin sembari ia membawa jaket hitamnya di tangan.

“K-kamu jangan marah-marah,” ucap sang puan sambil menangis.

“Bun… Ck! Aku bukan marah sama kamu astaga. Kok jadi nangis sih,”

“A-aku takut liat kamu marah-marah kayak gitu,” adu sang puan sembari memeluk tubuh hangat lelaki di hadapannya.

“Sayang maaf. Maaf kalau tadi akunya bikin kamu jadi takut, aku tadi kelepasan, sorry,” mohon lelaki tersebut sembari mengusap air mata puannya.

“F-fariz j-jangan begitu lagi…”

“Iya Bun, aku janji gak lagi begitu,”

“Dah ya, jangan nangis lagi dong,”

“Hmm, y-ya,” sahut sang puan sedikit tenang.

“Gak usah ngantor aja dulu ya hari ini?” ucap lelaki tersebut sembari ia mengikuti langkah sang puan menuju kamarnya.

“G-gak bisa Fariz, jatah cuti aku udah abis,”

“Yaudah, resign aja gimana?”

“Hmm, terus siapa yang mau biayain kehidupan aku coba kalau aku resign kerja?”

“Aku lah, siapa lagi?” jawab Fariz santai.

“Semua uang gaji kamu buat aku ya tapi?” tawar sang puan sembari ia membuka kunci pintu unit indekosnya.

“Nih, ambil aja semuanya. Kartu aku, sedompet-dompetnya deh ambil. Ini semua pin kartu aku tanggal lahir kamu,” ucap Fariz tanpa beban. Sementara itu, sang puan hanya bisa terdiam tak dapat menjawab ucapan sang kekasih yang terkesan begitu blak-blakan.

“A-aku cuma bercanda, nih ambil lagi,” ucap sang puan tak ingin melanjutkan obrolan tak masuk akal dari keduanya.

“Aku serius loh Bun,”

“Hmm, dah ah. Aku mau mandi!” teriak sang puan dari kamar tidurnya.

“Bun, mau ikut mandi, aku juga belum sempet mandi tadi pas mau ke sini,”

“Ayo,” jawab Zathira santai seraya ia mengikatkan tali bathrobe di pinggangnya.

“Asik, hehehe… Aku taro dompet aku dulu,” ucap Fariz girang sembari ia bergegas melepas pakaian luarnya guna menyusul sang puan yang kini sudah terlebih dahulu berada di kamar mandi.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started