Saat ini puan tersebut tengah berada di salah satu kamar rawat sebuah rumah sakit yang berada di pusat kota Jakarta. Langkahnya yang semula terasa berat kini sudah melemah usai ia melihat secara langsung bagaimana keadaan seseorang yang saat ini tengah terbaring lemah dengan bantuan beberapa alat medis di sekitarnya.
Hatinya yang awalnya terasa enggan untuk menemui perempuan paruh baya tersebut kini malah berubah menjadi perasaan iba luar biasa sebab batinnya merasa tak tega melihat berapa beratnya rasa sakit yang kini tengah ia lawan seorang diri.
“Z-zathira…” panggil perempuan paruh baya tersebut dengan suara lemahnya.
“Sini nak,” ucap Galih sembari menuntun sang adik untuk mendekat. Kini hanya ada mereka berempat di ruangan tersebut ditambah dengan Ratna, istri dari anak tertua di perempuan paruh baya tersebut.
“Zathira…” panggil Surya sedikit tertatih.
“I-iya Ma,” sahut puan tersebut pelan seraya ia menggenggam jemari yang mulai mengecil akibat penyakit yang menyerang tubuhnya.
“I-ibu g-gak ke sini?”
“Enggak Ma, Ibu ada urusan yang gak bisa ditinggal di sana. M-mau Zathira bantu telfon I-ibu, Ma?” tawar sang puan dengan suaranya yang sudah mulai bergetar akibat menahan tangis.
“G-gak usah, M-mama mau ketemu Zathira saja,”
“Nak,”
“I-iya Ma?”
“M-maafin Mama ya,” ucap Surya terhenti sebab dadanya mulai kembali terasa sesak.
“Y-ya Allah…”
“M-ma…” panggil Galih yang sudah menangis di samping ranjang sang ibunda.
“Z-zathira maafin M-mama ya, nak. T-tolong m-maafkan, i-ikhlaskan s-segala p-perlakuan Mama selama ini ke k-kamu dan I-ibu,”
“Y-ya Ma,” jawab Zathira dengan rembesan air mata yang sukses membasahi pipi.
“M-maaf k-kalau Mama s-selama ini sudah m-memfitnah Ibu dan k-kamu selama ini di d-depan semua orang, nak,”
Lagi lagi terhenti, nafasnya kini semakin berat. Lisannya terasa keluh untuk mengucapkan barang satu maupun dua kata. Situasi di dalam ruangan mulai sedikit gaduh, Ratna lekas menakan sebuah tombol untuk memanggil dokter sementara Kakak-Adik tersebut kini berusaha sebisa mereka untuk memanggil kembali kesadaran sang Ibunda.
Semuanya telah usai…
Wanita paruh baya bernama Suryani tersebut kini sudah mememuhi panggilan sang pencipta. Diiringi dengan tangis pilu ketiga orang yang berada di ruangan tersebut, cerita rumit yang mengakar di keluarga mereka kini telah selesai.
Leave a comment