To Tie the Knot

“Fariz,”

“Hmm?” sahut lelaki tersebut sembari menyuapkan kembali makanan ke dalam mulut sang kekasih.

“Ayam gulainya enak?”

“Enak. Kenapa? Kamu mau?” tawar Fariz kepada sang kekasih.

“Aku boleh coba sedikit?”

“Boleh, Bun. Bentar aku suapin ya,”

“Enak,” sahut sang puan sembari ia menganggukan kepalanya sehingga berhasil membuat lelaki di sebelahya gemas.

“Ini ayamnya buat kamu aja,” ucap lelaki tersebut sembari menyisihkan potongan ayam gulai untuk kekasih hatinya.

“Kamunya makan apa?”

“Ini ada rendang sama dendeng balado kamu,” ucap Fariz seraya ia memberi suapan untuk sang kekasih.

“Bun…” panggil Fariz sembari ia menuangkan air putih ke dalam gelas.

“Ya?”

“Kalau di dua tahun ke depan aku ajak kamu naik pelaminan, kamu mau gak?”

Uhuk! Uhuk!
Spontan perempuan tersebut terkejut usai mendengarkan penuturan gamblang dari sang kekasih. Tak pernah ia sangka bahwa lelaki tersebut dengan berani mengucapkan kata yang begitu suci tersebut.

“Astagaaa, minum dulu,”

“Fariz, kamu lagi mabok ya?” tanya Zathira seusai ia menenggak habis air minumnya.

“Kenapa? Gak mau ya Bun?” tanya Fariz dengan suara pelannya.

Sorry, b-bukan gitu. T-tapi momennya itu, I mean kita lagi enjoy makan nasi padang right now? And suddenly, you just proposed me right in front of our nasi padang? Akunya kaget Fariz,” balas Zathira berusaha untuk mencairkan suasana.

Okay, maaf mungkin iya memang momennya kurang tepat. Tapi menurut aku, lebih baik akunya ngomong sekarang, biar kamunya siap dulu,”

“Aku udah pernah bilang kan? Aku gak mau lama-lama pacaran. Aku mau serius sama kamu,”

“Aku usahain, mula dari sekarang buat kejar beberapa goals aku yang udah include sama urusan kamu di dalamnya. I don’t know, but maybe it takes two years or more to reach all of my goals. Cah ayu bisa tunggu aku sampai semuanya udah siap?” tanya Fariz sembari menatap lurus manik hitam sang kekasih.

“Fariz,”

“Kalau kamu gak bisa tunggu juga gakpapa sih. Aku gak mau maksain juga,” ucap Fariz merasa tak percaya diri.

Okay, aku tunggu. Dua tahun ya? Jangan lama-lama, nanti keburu akunya keriputan hehehe,” jawab Zathira bercanda.

“Beneran mau tunggu aku?”

“Iya Fariz,” jawab Zathira dengan senyuman hangatnya.

“Okay! Udah deal ya?”

Deal!” balas sang puan sembari ia menyambut uluran tangan sang kekasih dengan semangat.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started