Sanctuary

Keduanya kini tengah menikmati suara deburan ombak bersamaan dengan hembusan kuat angin malam yang kini tengah menerpa kulit yang dibalut dengan jaket tebal tersebut.

“Kamunya kedinginan gak?” tanya Ghazam seraya merengkuh erat pinggang sang istri agar tak lagi menyisakan jarak di antara keduanya.

“Enggak, kamunya dingin?”

“Enggak juga,” jawab Ghazam sembari menatap lurus ke arah hamparan laut malam di hadapannya. Keduanya benar-benar menikmati setiap momen yang mereka habiskan hari ini. Layaknya momen bahagia ketika keduanya masih remaja, baik Ghazam maupun Varisha tak sedikitpun menyia-nyiakan momen indah yang akan mereka rekam dengan baik hari ini.

“Kak,” panggil Varisha seraya menatap wajah sang suami di sampingnya.

“Ya?” sahut Ghazam yang kini juga ikut menatap wajah sang istri.

“Kamu bahagia gak nikah sama aku?”

“Banget! Kalau kamu?” tanya Ghazam kembali.

“Bahagia juga,” jawab sang puan seraya ia menyandarkan kepalanya di lengan sang suami.

“Ternyata ending di mimpi yang kamu bilang waktu itu gak terjadi di sini ya, Kak. Di semesta yang itu, kamu dan Abang Ai pergi ninggalin aku. Tapi di sini, kamunya selalu di sini sama aku,” ucap sang puan lega usai mengutarakan mimpi buruk yang paling ia takuti tersebut.

“Kalau aja waktu itu aku gak percaya sama semua omongan kamu tentang mimpi itu, mungkin kayaknya sekarang kita gak bakalan sampe di titik ini deh,” imbuh Varisha seraya mengingat kembali bagaimana perjuangan gigih sang suami yang berusaha kuat untuk meyakinkan dirinya tentang segala mimpi yang pernah ia alami di waktu dulu.

“Keren kan aku? Cowok lain yang ngedeketin kamu dulu gak ada satupun yang sebanding sama aku Mom,” ucap Ghazam bangga sembari memukul dadanya.

“Haha, iya deh. Kamu doang emang yang paling keren!”

“Tapi terlepas dari semua mimpi yang pernah aku ceritain ke kamu dulu, takdir kita kayaknya emang udah digarisin sama yang di atas. Di lauhul mahfudz aku ada tulisan nama kamu, begitupun kamu, sama yang di atas udah ditulis nama aku pake spidol permanen dan gak bisa dihapus lagi, hehe…” ucap Ghazam seraya memberi kecupan hangat di pucuk kepala sang istri.

Mom, janji ya kita bakal sama-sama terus sampai aku dan kamu udah jadi nenek dan kakek nanti, sampai nanti rambut kita udah gak hitam lagi, sampai nanti ingatan kita udah mulai pudar. Tetap sama aku sampai kita ada di fase itu ya Mom,” ucap Ghazam sembari memegang erat jemari sang istri.

“Iya Kak, ayo kita menua sama-sama,” jawab sang puan antusias sembari melemparkan senyuman hangatnya untuk sang suami.

I’m so lucky to have you, Kak.’ ucap sang puan sembari menatap lurus ke arah pemandangan laut malam di hadapannya.

I’m so lucky to have you, Ca.’ ucap lelaki tersebut seraya manatap paras indah sang istri yang kini tengah menikmati hembusan angin pantai di malam itu.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started