Abang Ai 🖤

Dengan langkah cepat diikuti oleh pihak kepolisian, Ghazam menghampiri sang putera yang kini sedang bermain bersama seorang anak laki-laki kecil di taman bermain tersebut. Ada perasaan lega di hatinya sebab sang anak terlihat baik-baik saja tanpa mengalami luka fisik sedikitpun. Namun, di lain sisi ia juga masih mengkhawatirkan kondisi batin sang anak yang mungkin saja sedikit terguncang usai mengalami insiden penculikan ini.

“Abang Ai!” panggil Ghazam kemudian ia pun bergegas memeluk sang anak dengan erat ke dalam pelukannya.

D-daddy!” sahut anak lelaki tersebut yang merasa teramat senang sebab ia dipertemukan kembali dengan orang tuanya.

“Abang Ai!” ucap Gisella yang berusaha memberontak sebab polisi sekarang tengah memborgol kedua tangannya erat.

“Lepasin! Lepasin saya!”

“Ren, bawa ke mobil sekarang!” ucap salah seorang pihak kepolisian kepada rekannya.

“Baik, Pak! Ayo! Masuk ke mobil!”

“Lepasin! Gue gak salah! Gue bukan penjahat! Varisha yang jahat di sini! Dia yang udah ngancurin hidup gue bajingan! Lepasin gue! Gue harus ngebuat Varisha mati di tangan gue!” pekik wanita tersebut tak terima.

“Pa, pegang Abang Ai dulu,” ucap Ghazam yang kemudian memberikan sang anak kepada sang orang tua usai ia mendengarkan kata-kata terakhir dari perempuan tersebut.

“Zam, Zam. Gak boleh!” lerai Galih yang sudah sangat paham dengan gelagat sang anak yang nampak sudah siap untuk menghajar wanita penculik cucunya.

“Lepasin Bang!” berontak Ghazam tak terima.

“Jangan di sini, gak enak diliat abang Ai. Kalo lo mau ngehajar, langsung di kantor polisi aja nanti,” bisik Galang mencoba menenangkan sang adik.

“Brengsek!” maki Ghazam kesal seraya melepaskan pegangan tangan sang kakak dari lengannya.

“Baik Bapak Ghazam, kalau begitu kami permisi dulu. Dimohonkan kehadiran Bapak Ghazam ke kantor polisi untuk kami mintai keterangan,” ucap salah seorang pihak kepolisian.

“Baik Pak, nanti kami urus. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya,” ucap Galih ramah.

“Sama-sama Pak Galih, kami pamit dulu,” kemudian mobil dengan suara khas sirine tersebut mulai pergi meninggalkan tempat terjadinya perkara tersebut.

“Yo, makasih banyak karena lo udah bantuin nemuin anak gue. Sebagai imbalannya, gue boleh minta no rekening lo? Hitung-hitung gue mau balas budi atas segala kebaikan yang udah lo kasih ke keluarga hari ini,” ucap Ghazam kepada lelaki di hadapannya tersebut.

“Eh, gak usah Zam. Gakpapa, gue ikhlas kok bantuin lo sama Aca. Gue juga udah jadi orang tua Zam, gue ngerti banget gimana paniknya kalian pas tau kalau anak kalian hilang diculik orang lain. Udah ya, gakpapa. Gue beneran ikhlas,” ucap Rio tulus sembari memberi tepukan di pundak lelaki tersebut.

“Yo, makasih banget sekali lagi. Makasih banyak atas bantuannya,” ucap Ghazam dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Sama-sama, Zam,” jawab Rio sembari melemparkan senyum hangatnya. Hatinya pun ikut lega sebab ia telah membantu keluarga kecil sang puan yang dulu pernah ia dambakan. Meski pada akhirnya sang puan tidak menjadi pelabuhan terakhir untuknya, tetapi ia tetap bahagia sebab Tuhan memberikan jawaban lain dari setiap doa baik yang selalu ia panjatkan.



Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started