“Shhh, udahan nangisnya ishhh. Malu tuh diliatin sama susternya,” ucap Varisha kepada sang suami yang sedari tadi tak berhenti menangis.
“K-kamunya sakit, aku g-gak tega Mom,” sahut Ghazam yang semakin menangis tersedu-sedu sembari menggenggam erat jemari sang istri.
“Duh, malah makin jadi nangisnya. Keluar ajalah ya Zam? Nangis di luar aja sama Papa,” ucap Ratna yang mulai jengah melihat sang anak yang sedari tadi tak berhenti menangis.
“G-gak mau! A-azam mau di sini aja nemenin Aca,”
“Makanya berhenti nangis!” sahut Ratna seraya membelalakkan matanya menatap sang putra.
“Y-ya,” jawab Ghazam sembari ia menyeka sisa air matanya yang sedari tadi tak berhenti mengalir. Sementara itu, Varisha hanya tersenyum sembari meringis usai menyaksikan tingkah laku sang suami yang sedang dirundung pilu. Jemarinya dengan telaten mengusap pucuk kepala lelaki tersebut agar sang suami bisa menjadi lebih tenang.
“Udah ya nangisnya, aku gakpapa kok,” ucap Varisha sembari menatap mata sembab sang suami.
“Y-ya, g-gak nangis lagi akunya,” jawab Ghazam seraya menahan kuat agar dirinya tak kembali menangis.
“Permisi, dengan Ibu Varisha ya,” ucap salah seorang perawat yang kini tengah memasuki ruangan tersebut.
“Iya, betul sus,” jawab Ratna ramah.
“Kita pindah ke ruangan tindakan ya Bu, pihak keluarga silahkan menunggu di ruang tunggu ya,” ucap perawat tersebut ramah.
“Oh iya, baik sus. Nak, Mama sama yang lain nunggu di ruang tunggu ya, Mama bantu doa semoga persalinannya lancar dan semoga Mommy dan Abang semuanya selamat,” ucap sang mertua sembari memberi kecupan hangat di kening sang menantu.
“Iya ma,” jawab Varisha sembari tersenyum.
“Ini suaminya ikut ya?” tanya salah seorang perawat yang lain.
“Iya sus,” jawab Ghazam yang kini masih setia menggenggam jemari sang istri.
“Oh, okay. Mari kalau begitu Pak,”
“Ya. Ma, Pa Azam nemenin Aca dulu,” ucap lelaki tersebut berpamitan.
“Ya jangan nangis lagi Kak, tugas kamu di sana buat nenangin Aca bukannya malah Aca yang nenangin kamu,” pesan Ratna kepada sang putra.
“Iya Ma,” jawab Ghazam mengakhiri obrolan dengan kedua orang tuanya.
‘Gak boleh nangis lagi, harus tahan. Udah mau jadi Daddy, Zam!‘ ucap lelaki tersebut di dalam hati.
Leave a comment