“Aamiin,” sambung sang puan usai Ghazam merapalkan kiriman doa baik untuk keluarganya. Ya, keduanya kini tengah berada di pusara makam keluarga sang gadis yang sejak beberapa tahun yang lalu telah pergi meninggalkan sang gadis untuk selama-lamanya.
Maksud kedatangan keduanya ke pusara makam tersebut adalah untuk memohonkan izin kepada keluarga sang puan sebab tak lama lagi keduanya akan menginjakkan status hubungan keduanya menjadi sepasang suami istri dalam ikatan mahligai rumah tangga.
“Ayah, Azam dateng lagi. Kali ini Azam gak dateng sendiri lagi lho,Yah. Ini Azam dateng sama tuan puteri ayah, hehehe…”
“Ayah, Bunda, Abang. Maksud kedatangan Azam sama Aca ke sini untuk ngasih tau kalau bulan depan Azam dan Aca bakal nikah,” ucap lelaki tersebut sembari mengelus pelan jemari sang puan yang kini tengah ia genggam.
“Azam mohon izin sama Bunda, Ayah dan Bang Nando untuk mempersunting Aca sebagai istri Azam nanti,”
“Mudah-mudahan atas kehendak yang maha kuasa Azam bakal selalu bersama sama Aca terus sampai nanti maut yang memisahkan. Azam bakal selalu berusaha menjaga, melindungi, membimbing dan menyayangi Aca semampu yang Azam bisa,” imbuh Ghazam seraya ia mengelus batu nisan yang bertuliskan nama sang calon mertua.
“Azam beneran sayang sama Aca, cintanya Azam cuma sama Aca, Yah. Mohon izinkan Azam untuk menjadi pendamping hidup dan imam yang baik buat Aca nanti, ya Yah, Bun, Bang,”
Sesaat usai mendengarkan penuturan tulus dari sang calon suami, tangisan yang sedari tadi Varisha tahan akhirnya luruh tak terbendung. Ada rasa haru dan sedih yang kini tengah mengisi di lubuk hatinya. Varisha terharu dan merasa tersentuh usai mendengarkan dengan saksama setiap ucapan yang diucapkan dengan perasaan yang tulus oleh lelaki tersebut. Namun, di lain sisi ada pula perasaan yang sedikit menyayat hatinya. Ya, ingatan pilunya kembali berputar sebab di saat hari bahagianya tiba baik sang ibunda, ayah maupun sang kakak tak akan hadir menemani di hari baiknya.
“That’s okay, kamu punya aku sekarang. Aku gak bakalan biarin kamu sendirian lagi Ca,” ucap Ghazam berusaha menenangkan sang puan sembari mengelus pundak yang tengah rapuh tersebut.
‘Semoga kali ini semestanya kita berakhir dengan kebahagian ya, Ca.‘ ucap Ghazam di dalam hati seraya ia menautkan jemari sang puan untuk ia genggam erat.
Leave a comment