“Jadi sekiranya gimana bagusnya menurut Bapak soal pengusutan kasus Bu Berlin?” tanya Taqy sopan kepada lelaki paruh baya tersebut.
“Hmm, sebenarnya berat untuk saya memutuskan gimana baiknya untuk kedua belah pihak. Kalau dari sisi hukum, sudah jelas yang bersangkutan melakukan tindak kejahatan dan semestinya yang bersangkutan menerima ganjaran sesuai dengan peraturan yang berlaku,” jelas Fadli seraya menatap wajah kedua orang di hadapannya.
“Iya betul Pak,” imbuh Taqy setuju dengan pernyataan lelaki tersebut.
“Tapi,” ucap Fadli seraya ia menyeruput kopi hitam yang berada di hadapannya.
“Tapi kenapa, Pak?” tanya Varisha yang mulai khawatir mendengar kelanjutan ucapan dari lelaki paruh baya tersebut.
“Kalau untuk membongkar terang-terangan kasus ini di hadapan publik rasanya agak kurang etis mengingat profesi yang bersangkutan berhubungan langsung dengan civitas akademika kampus. Kalian berdua tahu sendiri kan? Pelaku yang bersangkutan punya jabatan yang cukup berpengaruh di sini dan lebih jelasnya lagi ada nama instansi yang beliau bawa,” jelas Fadli hati-hati.
“Saya bisa saja membongkar kasus ini ke khalayak ramai, biar semua tahu titik kebenarannya. Tapi, ada citra dan nama baik seluruh civitas akademika kampus yang bakal ikut tercoreng. Kalian ingatkan bagaimana kasus Faqih Malik? Nama kampus benar-benar tercoreng, saya masih ingat betul saat itu banyak sekali media yang membuat tagline buruk tentang kampus kita,” jelas Fadli berterus terang.
“P-pak, jadi Bu Berlin tetep g-gak bisa dilengserkan dari jabatannya?” tanya Varisha dengan suaranya yang sudah mulai terbata.
“Saya punya cara lain untuk itu. Saya bisa bantu kalian dengan mengusulkan surat pemberhentian kepada pihak senat fakultas yang bersangkutan. Mau bagaimanapun, yang bersangkutan seharusnya sudah tidak layak lagi mengemban jabatan tersebut di kampus. Tapi, untuk urusan pengusutan kasus yang bersangkutan, saya tidak bisa ambil bagian, itu di luar kuasa saya,” jawab Fadli lugas.
“Varisha jangan berkecil hati, bukannya saya tidak mau membantu Varisha lebih jauh. Tapi, mohon maaf sekali, ada hal lain yang perlu saya pertimbangkan. Jadi, saya harap Varisha paham dan bisa menerima keputusan dari saya, ya nak?” ucap Fadli berusaha menenangkan gadis tersebut.
“I-iya Pak, gakpapa. Bapak sudah mau bantu sampai sini saja Varisha udah bersyukur banget,” sahut gadis tersebut yang kini mulai menangis.
“Ya. Dan juga, saya semaksimal mungkin akan menyimpan identitas dari kalain berdua soal pembahasan kasus yang bersangkutan. Saya akan coba cari alasan lain untuk dijadikan bahan pertimbangan pihak senat nantinya,” ucap Fadli pasti.
“Baik Pak Fadli, terima kasih banyak atas bantuannya. Maaf kalau saya dan Varisha sudah merepotkan Bapak,” ucap Taqy sopan.
“Ya, sama-sama Mas Taqy,” jawab Fadli seraya tersenyum ramah.
“Ini nanti kalian jangan langsung pulang, makan bareng dulu ya kita. Istri saya sudah masak banyak,” tawar Fadli kepada kedua orang tersebut.
“G-gak usah repot-repot Pak,” tolak Varisha tak enak.
“Udah, gakpapa. Ayo, kita makan bateng, ayo ayo,” ajak Fadli kepada kedua orang tersebut.
“Y-ya, Pak. Terima kasih,” ucap Varisha yang kini mulai mengekori langkah kaki lelaki paruh baya tersebut menuju ruang makan.
Leave a comment