Ghazam kini tengah menikmati bisingnya hingar bingar suara dentuman musik yang mengiring di ruangan yang tengah begitu ramai tersebut. Meski kini kesadarannya sudah sangat menipis, ia tetap melanjutkan aksi mabuknya dengan menenggak kembali minuman keras yang berada di gelas tersebut. Kali ini kerasnya alkohol menjadi tempat pelampiasan rasa sakitnya usai hubungannya dengan sang mantan kekasih yang begitu ia cintai kandas di tengah jalan.
Varisha, hanya nama gadis tersebut yang kini tengah berada di pikiran Ghazam saat ini. Semua hal tentang tentang sang gadis kini tengah berputar kuat di dalam angannya. Setiap hal kecil yang terlihat di hadapannya saat ini, akan selalu mengingatkannya dengan sang mantan kekasih. Sampai ketika seorang gadis yang kini terlihat tengah berjalan menghampirinya, ia bahkan mengira bahwa gadis tersebut adalah Varisha, sang mantan kekasih.
“Kak,” sapa gadis tersebut ramah.
“I miss you. K-kamu nyusulin aku ke sini, hm?” ucap Ghazam yang kini sudah memeluk erat tubuh gadis tersebut.
“Ah, i-iya,” jawab gadis tersebut berbohong. Tentu saja, ini adalah angin segar untuk Gisella ketika mengetahui fakta bahwa lelaki tersebut kini menyambutnya dengan hangat. Ya, meskipun lelaki tersebut menganggap ia adalah gadis lain, tapi tak mengapa, setidaknya ini lebih baik pikirnya.
Cup!
“Udahan ya, minumnya? Kita pulang okay?” ucap Gisella seusai mengecup kening lelaki tersebut. Sementara itu, alih-alih membalas kecupan sang gadis Ghazam pun dengan spontan menyambar bibir gadis tersebut tanpa peringatan. Cumbuannya begitu dalam, sampai-sampai hal tersebut membuat sang gadis kewalahan.
“Kamu pake lip balm apa? Kok beda rasanya?” tanya Ghazam yang dengan suara beratnya.
“Oh, a-anu-” ucap Gisella terpotong sebab seseorang terlebih dahulu mendorong tubuhnya menjauh dari sang lelaki.
“Cewe brengsek!” bentak Marsell dengan penuh emosi.
“Pulang lo sekarang!” tarik Marsell dengan sekuat tenaga seraya menarik tubuh sang sahabat keluar dari ruangan yang begitu bising tersebut.
“Cel, bentar. Itu Aca kenapa ditinggal!” tolak Ghazam keras.
“Sadar brengsek! Itu bukan Aca!” bentak Marsell berusaha menyadarkan lelaki yang kini tengah berada di bawah pengaruh minuman keras tersebut.
“M-maksudnya?” tanya Ghazam terbata.
“Itu Gisel! Bukan Aca!” bentak Marsell kembali.
“Ck! Abis lo pulang ini sama Ara Zam,” ucap Marsell yang kini tengah berjalan menuju pintu keluar club tersebut sembari membopong lelaki yang kini tengah mabuk tersebut.
“I’m done.” ucap Ghazam pasrah. Ya, ia sudah pasrah dengan nasibnya kedepan. Tentu, bukan soal Gadara yang ia takuti saat ini. Tetapi soal Varishanya, bagaimana jika Varishanya tau tentang kejadian malam ini? Tentu saja gadis tersebut akan benar-benar membencinya lebih dalam lagi.
Leave a comment