“Sel, sumpah ini rumah lo yang mana sih? Perasaan dari tadi muter-muter doang?” tanya Ghazam yang terdengar sudah kesal dengan tingkah gadis yang kini tengah duduk di kursi belakang tersebut. Benar, kursi belakang. Seperti yang sudah diketahui, Ghazam tetap mempertahankan pendiriannya untuk tidak akan pernah membiarkan wanita manapun selain sang Ibunda, Adik dan sang kekasih untuk duduk di kursi penumpang di sebelahnya tersebut.
“Oh, itu Kak sedikit lagi sampe kok. Itu tuh, rumah yang pager warna item,” tunjuk gadis tersebut di sebuah rumah yang terlihat mewah tersebut.
“Hmm, dah. Gue turunin sampe sini aja. Gue mesti langsung cabut,” ucap Ghazam yang kini sudah benar-benar muak dengan gadis tersebut.
“Lho? Ayo, mampir dulu aja, Kak. Kenalan dulu sama orang rumah,” ajak Gisella santai.
“Gak usah. Gue lagi buru-buru,” tolak Ghazam acuh.
“Kak Azam mau kemana emangnya?” tanya Gisella dengan nada manjanya.
“Gue mau nemuin Varisha,” jawab Ghazam dingin.
“Ngapain nemuin Aca lagi, Kak? Bukannya Kak Azam sama Aca udah putus ya?” ucap Gisella tanpa basa-basi.
“Belum,” jawab Ghazam singkat.
“Belum apanya? Belum putus maksudnya?” tanya gadis tersebut kembali.
“Iya,” jawab Ghazam pasti.
“Udah, lo sekarang mendingan turun. Gue gak ada waktu,” jawab Ghazam yang kini secara terang-terangan mengusir gadis tersebut untuk keluar dari Pajero hitamnya.
“Y-ya,” jawab Gisella patuh.
“Makasih atas tumpangannya,” ucap Gisella yang kini sudah berada di luar kendaraan tersebut.
Sementara itu, tanpa menjawab terlebih dahulu ucapan gadis tersebut Ghazam secara tegas langsung menancapkan gas kendaraan roda empat tersebut meninggalkan gadis tersebut yang kini masih berdiri dengan setia di tepian jalan tersebut.
“Fuck!” maki lelaki tersebut seusai ia melihat beberapa pesan darinya untuk sang kekasih yang gagal terkirimterkirim sebab terlebih dahulu sang kekasih telah memblokir nomor ponselnya.
Leave a comment